-->
Home » » Munarman Seminar Deradikalisasi BNPT

Munarman Seminar Deradikalisasi BNPT


Munarman Seminar Deradikalisasi BNPT.mp4
Seminar ini diselenggarakan oleh Pasca Sarjana UMS di gedung Psikologi UMS. Dihadiri kepala bidang deradikalisasi BNPT Irfan Idris, Munarman SH dari TPM, Ustadz Muinudinillah Basri dan banyak tokoh Islam di Solo, para wartawan dan politisi. Seminar tersebut untuk mengkritisi program deradikalisasi BNPT yang diduga kuat pesanan Amerika, sebab program BNPT sama persis dengan yang dijalankan lembaga think tank Amerika bernama RAND Corporation
=============================================


Video Mengungkap Kesesatan Jaringan Islam Liberal

Islam Liberal atau JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah kemasan baru dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok nyeleneh itu setelah berhasil memposisikan orang-orangnya dalam jajaran yang mereka sebut pembaharu atau modernis, kini melangkah lagi dengan kemasan barunya, JIL.

Mereka beranggapan hukum Islam itu menzalimi kaum wanita, bertentangan dengan HAM, tidak manusiawi seperti hukum rajam, dibolehkannya perbudakan dan masalah waris.  Kerja sesat mereka tidak sampai di situ. Dengan beraninya mereka membatalkan hukum Islam dengan logika mereka yang dangkal.

Mereka menggugat hukum Islam yang kata mereka terkesan eksklusif dan merasa benar sendiri. Mereka permainkan ayat-ayat Al-Qur’an (hal. 20-21, 49, 214, 249), menolak hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak sesuai dengan semangat pluralisme inklusivisme mereka, mencaci maki Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membawakan hadits tersebut, mengecam para imam salaf seperti Al-Imam Syafi’i dan memanipulasi ucapan ulama seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan ditarik-tarik agar menyepakati kemauan mereka.

Bahkan mereka mengusung hak kafirin untuk menghadang syariat Islam dan membela orang kafir mati-matian, sehingga mereka pun menyatakan boleh mengucapkan salam kepada non muslim, boleh mengucapkan selamat Natal dan selamat hari raya agama lain, boleh menghadiri perayaan hari-hari besar agama lain, bolehnya doa bersama antar pemeluk agama yang berbeda, bolehnya wanita muslimah menikah dengan laki-laki kafir, bolehnya orang kafir mewarisi harta seorang muslim (waris beda agama), serta sejumlah kesesatan dan kekufuran berfikir lainnya.

Betapa mereka memperjuangkan mati-matian teologi pluralisme, ajaran mempersamakan semua agama, seolah teologi ini tak dapat ditawar, sehingga syariat Islam yang tidak toleran dengan teologi ini berusaha mereka kebiri.

Untuk itu makar mereka wajib kita hadang, kita bendung dan kita lawan. Mereka yang jelas jelas di pihak yang bathil dan menyimang saja begitu gigih berjuang, mestinya kita lebih dari itu.

Sudah selayaknya kita bangkit, berjuang dan berkorban untuk menegakkan kalimah Allah, melakukan perlawanan terhadap makar dan  menghadang n usaha penyesatan/pemrtadan mereka.

Semoga Allah melindungi kita dan kaum muslimin secara umum dari makar yang dilakukan oleh para thaghut kaki tangan iblis ini.


=============================================


Video Liberalisasi Islam di Indonesia (1-6)

Banyak pihak yang belum memahami tentang sepak terjang JIL yang gemar mengobok-obok kedamaian umat Islam di Indonesia pada khususnya. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, kaum Yahudi dengan Freemasonry mendukung JIL yang juga sesungguhnya didanai oleh Asia Foundation yang disupport oleh CIA, badan intelejen AS.


Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Agenda emansipasi wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis.